Senin, 02 April 2018

GHIBAH



Ghibah, Keburukan yang Makin Disenangi
Sumber : Ummu Zaidan Feikar

Perbuatan tercela, tapi menjadi biasa. Sebab, dikemas dalam acara yang
menarik di televisi.

Banyak hal yang bergeser dan berubah dengan hadirnya pesawat televisi ke
rumah kita, terutama yang berkaitan dengan budaya dan akhlak. Salah satu
yang jelas terlihat yaitu pergeseran makna bergunjing atau menggosip.

Menggosip adalah tindakan yang kurang terpuji yang celakanya, kebiasaan ini
seringkali dilekatkan pada sifat kaum wanita. Dulu, orang akan tersinggung
jika dikatakan tukang gosip. Seseorang yang ketahuan sedang menggosip
biasanya merasa malu. Namun, sekarang kesan buruk tentang menggosip mungkin
sudah mengalami pergeseran.

Beberapa acara informasi kehidupan para artis atau selebritis yang dikemas
dalam bentuk paket hiburan (infotainment) dengan jelas-jelas menyebut kata
gosip sebagi bagian dari nama acaranya. Bahkan pada salah satu dari acara
tersebut pembawa acaranya menyebut dirinya atau menyapa pemirsannya dengan
istilah "biang gosip". Mereka dengan bangganya mengaku sebagai tukang gosip.

Saat ini, hampir di setiap stasiun televisi memiliki paket acara seperti di
atas. Bahkan satu stasiun ada yang memiliki lebih dari satu paket acara
infotainment tersebut, dengan jadwal tayangan ada yang mendapat porsi tiga
kali seminggu. Hampir semua isi acara sejenis itu, isinya adalah menyingkap
kehidupan pribadi para selebritis. Walhasil, pemirsa akan mengenal betul
seluk beluk kehidupan para artis, seolah diajak masuk ke dalam rumah bahkan
kamar tidur para artis.

Sepintas acara ini terkesan menghibur. Seorang ibu yang kelelahan setelah
menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya, mungkin akan terasa terhibur dengan
informasi sisi-sisi kehidupan pribadi orang-orang terkenal. Apalagi kemasan
acara yang semakin bervariasi ada yang diselingi nyanyi, wawancara langsung
dengan artis, daftar hari ulang tahun para selebritis, dll. Namun jika kita
cermati lebih jauh, isinya kurang lebih adalah menggosip atau bergunjing.

Awal tahun 2002 ditandai dengan banyaknya artis yang pisah ranjang dan
bercerai. Peristiwa-peristiwa semacam ini merupakan sasaran empuk bagi
penyaji hiburan semacam ini. Pemirsa disuguhi sajian informasi yang sarat
dengan pergunjingan. Masing-masing pihak merasa benar dan tentu saja
menyalahkan pihak lainnya.

Menggosip yang merupakan tindakan buruk, bisa tidak terasa lagi memiliki
konotasi buruk jika terus-menerus disosialisasikan dengan paket menarik pada
televisi. Menggosip akan terasa sebagai tindakan biasa dan lumrah dilakukan.
Menceritakan aib orang lain menjadi sesuatu yang tanpa beban kita lakukan.
Padahal jika kita cermati makna gosip -yang sama dengan ghibah- barangkali
kita akan merasa ngeri.



Ghibah dalam Islam

Ghibah atau gosip merupakan sesuatu yang dilarang agama. "Apakah ghibah
itu?" Tanya seorang sahabat pada Rasulullah saw. "Ghibah adalah memberitahu
kejelekan orang lain!" jawab Rasul. "Kalau keadaaannya memang benar?" Tanya
sahabat lagi. " Jika benar itulah ghibah, jika tidak benar itulah dusta!"
tegas Rasulullah. Percakapan tersebut diambil dari HR Abu Hurairah.

Dalam Al Qur'an (QS 49:12), orang yang suka meng-ghibah diibaratkan seperti
memakan bangkai saudaranya sendiri. Jabir bin Abdullah ra. meriwayatkan,
"Ketika kami bersama Rasulullah saw tiba-tiba tercium bau busuk yang
menyengat seperti bau bangkai. Maka Rasul pun bersabda, "Tahukah kalian, bau
apakah ini? Inilah bau dari orang-orang yang meng-ghibah orang lain". (HR
Ahmad)

Dalam hadits lain dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Pada malam
Isra' mi'raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari
tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku
bertanya pada Jibril, `Siapa mereka?' Jibril menjawab, `Mereka itu suka
memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain, mereka
inilah orang-orang yang gemar akan ghibah!' (dari Abu Daud berasal dari Anas
bin Malik ra).

Begitulah Allah mengibaratkan orang yang suka mengghibah dengan perumpamaan
yang sangat buruk untuk menjelaskan kepada manusia, betapa buruknya tindakan
ghibah.

Banyak kesempatan bagi ibu-ibu untuk menggosip. Pada saat berbelanja
mengelilingi gerobak tukang sayur, menyuapi anak di halaman, pada acara
arisan atau kumpulan ibu-ibu. Meng-ghibah kadang mendapat pembenaran dengan
dalih, "Ini fakta, untuk diambil pelajarannya!". Padahal di balik itu lebih
banyak faktor ghibahnya daripada pelajarannya.

Benarkah orang cenderung suka meng-ghibah, bahkan terkesan menikmati
kebiasaan seperti ini? Seorang pengasuh konsultasi keluarga pada sebuah
media cetak mengatakan rahasia mengapa rubriknya tetap disukai pembaca
selama puluhan tahun. Katanya, pada diri manusia itu cenderung terdapat
sifat suka menggunjingkan orang lain. Orang cenderung ingin tahu masalah
yang terjadi pada orang lain. Dengan demikian ia akan merasa beruntung tidak
seperti orang lain atau ternyata bukan dirinya saja yang menderita. Karena
umumnya surat yang datang untuk berkonsultasi adalah mereka yang memiliki
masalah.

Jika demikian kebanyakan sifat dari manusia, tentunya kita harus sering
melakukan istighfar. Syaitan dengan mudahnya mempengaruhi kebanyakan hati
kita sehingga mungkin kita tengah menumpuk dosa akibat pergunjingan.

Setiap orang mempunyai harga diri yang harus dihormati. Membuat malu
seseorang adalah perbuatan dosa. "Tiada seseorang yang menutupi cacat
seseorang di dunia, melainkan kelak di hari kiamat Allah pasti akan menutupi
cacatnya" (HR. Muslim).

Sosialisasi pergunjingan di televisi bagaimanapun harus dihindari. Jangan
sampai kita merasa tidak berdosa melakukannya. Bahkan merasa terhibur dengan
informasi semacam itu. Kita mesti berhati-hati. Bahaya ghibah harus
senantiasa ditanamkan agar kita senantiasa sadar akan bahayanya. Benar
kiranya jika dikatakan bahwa dulu orang tinggal di dalam rumah karena
menghindari bahaya dari luar. Kini bahaya justru berasal dari dalam rumah
sendiri yaitu dengan hadirnya acara yang menurunkan kualitas iman di
televisi. Semoga kita bisa arif menyikapinya.

Menangkal Ghibah

Penyakit yang satu ini begitu mudahnya terjangkit pada diri seseorang. Bisa
datang melalui televisi, bisa pula melalui kegiatan arisan, berbagai
pertemuan, sekedar obrolan di warung belanjaan, bahkan melalui pengajian.
Untuk menghindarinya juga tak begitu mudah, mengharuskan kita ekstra
hati-hati, caranya?

1. Berbicara Sambil Berfikir

Cobalah untuk berpikir sebelum berbicara, "perlukah saya mengatakan hal
ini?" dan kembangkan menjadi, "apa manfaatnya? Apa mudharatnya?" Berarti,
otak harus senantiasa digunakan, dalam keadaan sesantai apapun. Seperti
Rasulullah saw yang biasanya memberi jeda sesaat untuk berfikir sebelum
menjawab pertanyaan orang.

2. Berbicara Sambil Berzikir

Berzikir di sini maksudnya selalu menghadirkan ingatan kita kepada Allah
swt. Ingatlah betapa buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada orang yang
ber-ghibah. Bawalah ingatan ini pada saat berbicara dengan siapa saja, di
mana saja dan kapan saja.

3. Tingkatkan Rasa Percaya Diri

Orang yang tidak percaya diri, suka mengikut saja perbuatan orang lain,
sehingga ia mudah terseret perbuatan ghibah temannya. Bahkan ia pun
berpotensi menyebabkan ghibah, karena tak memiliki kebanggaan terhadap
dirinya sendiri sehingga lebih senang memperhatikan, membicarakan dan
menilai orang lain.

4. Buang Penyakit Hati

Kebanyakan ghibah tumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga
ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau
lebih beruntung daripada kita. Dan kalau dirinya kurang beruntung, diapun
senang menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara daripaad
dirinya.

5. Posisikan Diri

Ketika sedang membicarakan keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana
perasaan kita jika keburukan kita pun dibicarakan orang. Seperti hadis yang
menjanjikan bahwa Allah akan menutupi cacat kita sepanjang kita tidak
membuka cacat orang lain. Sebaliknya tak perlu heran jika Allah pun akan
membuka cacat kita di depan orang lain jika kita membuka cacat orang.

6. Hindari, Ingatkan, Diam atau Pergi

Hindarilah segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah. Seperti
acara-acara bernuansa ghibah di televisi dan radio. Juga berita-berita koran
dan majalah yang membicarakan kejelekan orang.
Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya.
Jika tak mampu, setidaknya Anda diam dan tak menanggapi ghibah tersebut.
Atau Anda memilih hengkang dan `menyelamatkan diri'.*

Bulan Terbelah Dua



MUKJIZAT QUR'AN YG MASIH DAPAT DILIHAT JELAS, BULAN TERBELAH 2

Bukankah Dalam Qur'an tertulis:
...Dan telah TERBELAH BULAN. (Qs. 54 Qamar:1)

Apakah betul apa yg difirmankan ALLAH dalam Qur'an jika bulan SAAT ini pernah terbelah?

Perhatikan, mukjizat ini bukan hanya sekedar cerita belaka, tapi mukjizat Qur'an ini masih dapat dilihat dengan JELAS SEKALI.

Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal
lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah Muhammad SAW hijrah,
berkumpullah tokoh2 kafir Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah
dan Al 'Ash bin Qail.

Mereka meminta kepada nabi Muhammad SAW untuk membelah bulan. Kata
mereka, "Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan
menjadi dua."

Rasulullah SAW berkata kepada mereka, "Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?"

Mereka menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah Muhammad SAW berdoa kepada ALLAH
agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah Muhammad SAW memberi
isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya
sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah Muhammad
SAW berkata, "Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu."

Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak
berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata,
"Ini sihir!" padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan
bulan tersebut dengan seksama.

Atas peristiwa ini ALLAH menurunkan ayat Al Qur'an: "Telah dekat saat
itu dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu
tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah
sihir." (QS Al Qomar 54:1-2)

Apakah kalian akan membenarkan ayat Al-Qur'an ini yang menyebabkan
masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah
kisahnya. Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim,
Prof.Dr.Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan
pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki
kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar
menjawabnya sebagai berikut:

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Beberapa waktu
lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris
bagian Barat. Para peserta yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan
ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah
seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "
Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari
qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah?

Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh
ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu
pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya
bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul
terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas
kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2 sebelumnya.

Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh
setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam
kitab Allah dan hadits2 Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di
zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang
benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadits2 Rasulullah shallallahu
alaihi wassalam.

Dan memang Allah ta'alaa benar2 maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah
SAW membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah
Mukarramah ke Madinah Munawarah. 

Orang2 musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan meng-olok2)?" 

Rasulullah SAW bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. 

Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan
itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik pun berujar,
"Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!"

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja
"menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir
orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2
yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti
orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan
yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun
bertanya, 

"Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali..."

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir
ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah
dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2
kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, 

"Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah
tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar.

Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi
tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri
seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy
Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul
Al-Najar menjawab:"Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi
muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah
terjemah makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih
kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. 

Dan ketika aku mem-buka2 terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah..."

Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa
terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang
bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2
selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2.
Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam
pencarian kebenaran.

Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah
diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang
angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang
begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal
saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan,
sakit dan perselisihan.

Presenter berkata, "Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi,
tentulah lebih banyak gunanya." Ketiga pakar itu pun membela diri
dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek antariksa ini akan
membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan
manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi
pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia."

Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga
menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan
tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar.

Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan
macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk
bisa mendarat di bulan?

" Mereka pun menjawab, "Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu
pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang
ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat
tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta
dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana
itu kepada siapapun."

Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian
telah capai hingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "
Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala,
kemudian menyatu kembali! 

Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah (katrena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!"

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "
Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, 'Mukjizat (kehebatan) benar2
telah terjadi pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an
tahun yang lalu. 

Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah... Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar.... Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam."

Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq 
(Sabtu, 22 Sya'ban1424H/18-10-2003M)
----------------------

Beginilah Allah Menjaga Al Quran



BEGINILAH ALLAH MENJAGA AL QURAN
Oleh: Azhari
Dikedua masjid yang berada ditanah suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, akan kita temukan halaqah-halaqah (kelompok) belajar, kelompok ini dihadiri oleh para daaris (pelajar) yang dibimbing oleh seorang Syeikh. Mereka mempelajari berbagai hal, ada yang membahas sebuah kitab, menuliskan tanda baca pada tulisan “Arab gundul” atau menghafalkan Al-Quran.
Halaqah-halaqah ini terdiridari pemuda-pemuda berseragam khas Arab, baju gamis putih dengan kafiyeh merah. Kalau ditilik dari wajahnya mereka datang dari berbagai negara, seperti  Negara-negara Arab, Afrika, India/Pakistan, bahkan ada yang berwajah bule, kemungkinan mereka memperoleh bea siswa dari Kerajaan Arab Saudi.
Salah satu halaqah yang diadakan Masjid Nabawi di Madinah adalah hafidz Al-Quran, halaqah ini terdiri 10-15 orang yang dibimbing oleh seorang Syeikh, ada beberapa halaqah dalam masjid dan mungkin tergantung tingkat senioritasnya. Para daaris ini menghafal Al-Quran dengan duduk bersila, sambil menggerakkan badannya kedepan dan kebelakang secara terus menerus. Cara ritme seperti ini, kelihatannya dapat membantu mempercepat daaris dalam menghafal Al-Quran.
Bagi daaris yang telah mampu menghafal, akan maju kedepan Syeikh untuk membacakan hafalannya. Mereka membacakan hafalannya 4-5 orang berbarengan sekaligus didepan Syeikh, dengan surah dan ayat yang berbeda.
Ketika salah seorang daaris salah bacaannya, Syeikh segera menggeleng dan daaris berusaha memperbaiki bacaannya. Jika daaris masih belum mampu menemukan lanjutan ayat dari bacaannya, Syeikh akan membantu mengejanya. Jika sang daaris masih tersendat, maka Syeikh memberikan isyarat untuk mundur dan daaris menghafal kembali.
Subhanallah, Syeikh bisa mendengarkan bacaan Al-Quran 4-5 orang daaris sekaligus dengan surah dan ayat yang berbeda, Syeikh tahu saat salah satu daaris salah bacaannya, dan Syeikh juga tahu persis apa kelanjutan ayat tersebut.
Sungguh Allah swt menjaga keaslian Al-Quran dengan orang-orang seperti ini,
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya (Al-Hijr 9).
Kalau kita telaah lebih jauh sejarah dunia, betapa banyak pemimpin yang tampil kemudian tenggelam bersama ajarannya. Betapa banyak nabi-nabi yang diutus, tetapi sedikit sekali yang mengikutinya atau malah dibunuh oleh umatnya. Betapa banyak kitab-kitab suci, kemudian diubah seenaknya oleh manusia yang mengaku atas persetujuan tuhan mereka.

Nabi Muhammad saw ditengah kerasnya pertentangan kafir Quraisy, sedikitnya pengikut yang diperoleh selama periode 13 tahun di Mekah. Tetapi akhirnya mampu menguasai Persi dan Rumawi. Ditengah maju-mundurnya peradaban Islam, pemusnahan kaum muslimin, pembakaran Al-Quran dan penghancuran masjid oleh bangsa Mongol di Baghdad, pasukan salibis di Andalusia (Spanyol), Bosnia, Mindanao (Filipina), Afghanistan dan Iraq, pasukan komunis di Chechnya, Uzbekistan dan Afghanistan, kaum Yahudi laknatullah di Palestina, kaum  musyrik Budha di Thailand, dan diberbagai tempat didunia. Semua itu tidak mampu memusnahkan kaum muslimin dan ajarannya. Saat ini Islam dianut lebih dari 1 milyar orang didunia dan Al-Quran  masih terjaga keasliannya hingga kini.
Tangan Siapakah yang ikut campur, sehingga terjaganya kelangsungan ajaran mulia yang dibawa oleh Rasulullah saw? Tangan Siapakah yang ikut campur, sehingga terjaganya keaslian Al-Quran? Siapa lagi kalau Yang mengutus Muhammad saw dan Yang mewahyukan Al-Quran itu sendiri, Allah swt.

Dialah Tuhan Yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas seluruh agama yang ada, meskipun orang-orang musyrik membencinya (Ash-Shaf 9).
Janji untuk menjaga Al-Quran ini dibuat oleh Penguasa langit dan bumi, mustahil tidak akan ditepati-Nya. Salah satunya dengan menghadirkan orang-orang seperti Syeikh ditengah kaum muslimin.

Wallahua’lam

Maraji’:
1. Nubuwwah (tanda-tanda kenabian), Abdul Malik Ali Al-Kulaib