Ada apa di bulan MUHARRAM ??
Bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender
Hijriah. Bulan ini termasuk
salah satu dari keempat bulan
haram sebagaimana difirmankan Allah SWT
yang artinya,
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua
belas bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu Dia menciptakan langit dan
bumi, di antaranya empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) din yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya
diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana mereka pun memerangi
kamu semuanya; dan ketahuilah
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa." (At-Taubah:
36).
Empat bulan sebagaimana
tersebut dalam ayat di atas adalah Muharam,
Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijah.
Dalam empat bulan ini kaum muslimin
diharamkan untuk berperang
melawan orang kafir.
Bila mata bertemu mata akan
datang rasa kasih.
Bila hati bertemu hati akan
datang rasa sayang.
Tapi bila dahi bertemu sajadah
akan terasa kebesaran Allah SWT.
SELAMAT TAHUN BARU 1 MUHARRAM
1426 H
Keutamaan Muharam
"Puasa yang paling utama
setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan
Muharam, sedang salat yang
paling afdal sesudah salat fardu adalah salat
malam."
(HR Muslim)
Ibnu Rajab al-Hambali
mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah
(bulan Allah) memiliki dua
hikmah.
Pertama, untuk menunjukkan
keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam.
Kedua, untuk menunjukkan
otoritas Allah dalam mengharamkan bulan
Muharam. Pengharaman bulan ini
untuk perang adalah mutlak hak Allah
saja, tidak seorang pun
selain-Nya berhak mengubah keharaman dan
kemuliaan bulan Muharam.
Di samping itu, bulan Muharam
juga memiliki banyak keutamaan. Salah
satunya adalah sebagaimana
sabda Rasulullah saw. di atas, "Puasa yang
paling utama setelah puasa
Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam,
sedang salat yang paling afdal
sesudah salat fardu adalah salat malam."
(HR Muslim).
Puasa pada bulan Muharam yang
sangat dianjurkan adalah pada hari yang
kesepuluh, yaitu yang lebih
dikenal dengan istilah 'aasyuura.
Aisyah--semoga Allah
meridainya--pernah ditanya tentang puasa 'aasyuura,
ia menjawab, "Aku tidak
pernah melihat Rasulullah saw. puasa pada suatu
hari yang beliau betul-betul
mengharapkan fadilah pada hari itu atas
hari-hari lainnya, kecuali
puasa pada hari kesepuluh Muharam." (HR
Muslim).
Pada zaman Rasulullah, orang
Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari
'aasyuura. Mereka mewarisi hal
itu dari Nabi Musa. Dari Ibnu Abbas r.a.,
ketika Rasulullah saw. tiba di
Madinah, beliau melihat orang-orang
Yahudi berpuasa. Rasulullah
saw. bertanya, "Hari apa ini? Mengapa kalian
berpuasa?" Mereka
menjawab, "Ini hari yang agung, hari ketika Allah
menyelamatkan Musa dan kaumnya
serta menenggelamkan Fir'aun. Maka Musa
berpuasa sebagai tanda syukur,
maka kami pun berpuasa." Rasulullah saw.
bersabda, "Kami orang
Islam lebih berhak dan lebih utama untuk
menghormati Nabi Musa daripada
kalian."
Abu Qatadah berkata, Rasulullah
saw. Bersabda, "Puasa 'aasyuura
menghapus dosa satu tahun,
sedang puasa arafah menghapus dosa dua
tahun." (HR Muslim,
Tirmizi, Abu Daud).
Pada awalnya, puasa 'aasyuura
hukumnya wajib. Namun, setelah turun
perintah puasa Ramadan,
hukumnya menjadi sunah. Aisyah r.a. berkata,
"Rasulullah saw.
memerintahkan untuk puasa 'aasyuura sebelum turunnya
perintah puasa Ramadan. Ketika
puasa Ramadan diperintahkan, siapa yang
ingin boleh puasa 'aasyuura dan
yang tidak ingin boleh tidak berpuasa
'aasyuura." (HR Bukhari,
Muslim, Tirmidzi).
Ibnu Abbas r.a. menyebutkan,
Rasulullah saw. melakukan puasa 'aasyuura
dan beliau memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa. Para sahabat
berkata, "Ini adalah hari
yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka
Rasulullah saw. bersabda,
"Tahun depan insya Allah kita juga akan
berpuasa pada tanggal sembilan
Muharam." Namun, pada tahun berikutnya
Rasulullah telah wafat. (HR
Muslim, Abu Daud). Berdasar pada hadis ini,
disunahkan bagi umat Islam
untuk juga berpuasa pada tanggal sembilan
Muharam. Sebagian ulama
mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9,
10, 11 Muharam. Ibnu Abbas r.a.
berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Puasalah pada hari
'aasyuura dan berbedalah dengan orang Yahudi.
Puasalah sehari sebelum
'asyuura dan sehari sesudahnya." (HR Ahmad).
Ibnu Sirrin melaksanakan hal
ini dengan alasan kehati-hatian. Karena,
boleh jadi manusia salah dalam
menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh
jadi yang kita kira tanggal
sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal
sepuluh. (Majmuu' Syarhul
Muhadzdzab VI/406) . Wallahu a'lam. sumber :
alislam.or.id
Hikmah Tahun Baru Islam: Merancang Hidup Lebih Baik
Setiap memasuki tahun baru
Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru
untuk merancang dan
melaksanakan hidup ini secara lebih baik.
''Saudaraku, aku adalah
penduduk Madinah yang kaya raya.'' Kalimat itu
diucapkan seorang sahabat
Rasulullah, Sa'ad bin Rabi, kepada sahabat
lainnya, Abdurrahman bin 'Auf.
Sa'ad tak bermaksud pamer dan sombong,
tapi hendak meyakinkan
Abdurrahman agar mau menerima tawarannya.
''Silakan pilih separuh hartaku
dan ambillah,'' tegas Saad. Tidak hanya
itu, Saad menambah penawarannya.
''Aku pun mempunyai dua orang istri,
coba perhatikan yang lebih
menarik perhatian Anda, akan kuceraikan ia
hingga Anda dapat
memperistrinya.'' Abdurrahman menolak halus tawaran
tulus nan menggiurkan itu.
Malah ia minta ditunjukkan letak pasar. Ia
menolak ikan, tapi mau kail
agar bisa memancing sendiri.
''Semoga Allah memberkati Anda,
istri, dan harta Anda. Tunjukkanlah
letak pasar agar aku dapat
berniaga.'' jawabnya. Rekaman peristiwa dan
dialog antara Sa'ad dan
Abdurrahman itu, sebagaimana diriwayatkan Anas
bin Malik, terjadi saat
Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin
dan Anshar di Madinah. Saad
adalah penduduk Madinah, sedangkan
Abdurrahman termasuk kaum
Muhajirin. Saad bukan satu-satunya kaum Anshar
yang menjadi penolong kaum
Muhajirin.
Dengan semangat persaudaraan
Islam, saat umat Islam Makkah hijrah ke
Madinah bersama Rasulullah,
umat Islam Madinah dengan suka-cita
menyambut kaum pendatang,
memberi bantuan, dan bersama-sama membangun
negeri Islam Madinah.
Kita pun seyogianya menggali
kembali hikmah yang terkandung di balik
peristiwa hijrah yang dijadikan
momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah
ini. Tahun hijriyah mulai
diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin
Khattab. Sistem penanggalan
Islam itu tidak mengambil nama 'Tahun
Muhammad' atau 'Tahun Umar'.
Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan
seseorang atau penonjolan
personifikasi, tidak seperti sistem
penanggalan Tahun Masehi yang
diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih
(Arab) atau Messiah (Ibrani).
Menurut dongeng atau mitos, Aji
Saka diyakini sebagai raja keturunan
dewa yang datang dari India untuk
menetap di Tanah Jawa. Penetapan nama
Tahun Hijriyah (al-Sanah
al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah
Umar. Seandainya ia berambisi
untuk mengabadikan namanya dengan
menamakan penanggalan itu
dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya
melakukan itu. Umar tidak
mementingkan keharuman namanya atau
membanggakan dirinya sebagai
pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.
Ia malah menjadikan penanggalan
itu sebagai jaman baru pengembangan
Islam, karena penanggalan itu
mengandung makna spiritual dan nilai
historis yang amat tinggi
harganya bagi agama dan umat Islam. Selain
Umar, orang yang berjasa dalam
penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin
Abi Thalib. Dialah yang
mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam
dimulai penghitungannya dari
peristiwa hijrah, saat umat Islam
meninggalkan Makkah menuju
Yatsrib (Madinah).
Dalam buku Kebangkitan Islam
dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba,
cendekiawan Islam asal Malaysia,
menuliskan, ''Dipandang dari ilmu
strategi, hijrah merupakan
taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah
mengembangkan iman dan
mempertahankan kaum mukminin.'' Hijrah adalah
momentum perjalanan menuju
Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan
masyarakat Islam, yang diawali
dengan eratnya jalinan solidaritas sesama
Muslim (ukhuwah Islamiyah)
antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Jalinan ukhuwah yang
menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh
itu telah membawa Islam
mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke
berbagai penjuru bumi. Kaum
Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah
Islamiyah bisa membawa umat
Islam jaya dan disegani. Bisa dimengerti,
jika umat Islam dewasa ini
tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat
yang tertindas, serta menjadi
bahan permainan umat lain, antara lain
akibat jalinan ukhuwah
Islamiyah yang tidak seerat kaum
Mujahirin-Anshar.
Dari situlah mengapa konsep dan
hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan
diamalkan oleh umat Islam.
Setiap pergantian waktu, hari demi hari
hingga tahun demi tahun,
biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan
yang lebih baik. Islam
mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya
selalu lebih baik dari
hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap
Muslim dituntut untuk menjadi
lebih baik dari hari ke hari. Hadis
Rasulullah yang sangat populer
menyatakan, ''Barangsiapa yang hari ini
lebih baik dari kemarin, adalah
orang yang beruntung.
Bila hari ini sama dengan
kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari
ini lebih jelek dari kemarin,
adalah orang celaka.'' Oleh karena itu,
sesuai dengan QS 59:18,
''Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan
introspeksi) tentang apa-apa
yang telah diperbuatnya untuk menghadapi
hari esok (alam akhirat).''
Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa
merancang hidup agar lebih baik
dengan hijrah, yakni mengubah perilaku
buruk menjadi baik,
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
''Muhajir adalah orang yang
meninggalkan segala larangan Allah,'' sabda
Rasulullah. Kita ubah
ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat
peduli dengan semangat zakat,
infak, dan sedekah. Selain itu juga
mengubah permusuhan dan konflik
menjadi persaudaraan dan kerjasama,
mengubah pola hidup
malas-malasan menjadi giat bekerja, mengubah hidup
pengangguran dan peminta-minta
menjadi pekerja mandiri, dan tidak
bergantung pada belas kasih
orang lain.
Lihat saja teladan Abdurrahman
bin Auf dengan semangat wirausahanya. Ia
memilih berdagang untuk mencari nafkah hidupnya ketimbang menerima
belas
kasihan orang lain. Tidak kalah pentingnya, tahun ini kita harus
hijrah
pilihan politik, dari parpol dan politisi busuk kepada parpol dan
politisi harum, dari rezim korup dan zalim kepada pembentukan
pemerintahan Islami yang bersih.
Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum
Muhajirin dan Anshar, umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu
memenangkan
partai Allah (hizbullah) yang menegakkan syiar Islam berasaskan
tauhid
dan ukhuwah, bukan memenangkan partai setan (hizbusy syaithon)
yang
mengibarkan bendera kebatilan. Wallahu a'lam. Selamat Tahun Baru
Islam 1
Muharram 1426 Hijriyah. (ASM. Romli/RioL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar